Source: http://amronbadriza.blogspot.com/2012/05/cara-membuat-related-post-atau-artikel.html#ixzz2DaGDNTf9 Pandawa Putra: Februari 2012 Source: http://amronbadriza.blogspot.com/2012/03/cara-memasang-meta-tag-keyword-dan.html#ixzz2D0LFOyez Source: http://amronbadriza.blogspot.com/2012/05/cara-mengubah-template-blogspot-menjadi.html#ixzz2DaHD0Dmv

Kamis, 23 Februari 2012

Investasi Berbasis Emas

Dalam dunia usaha, posisi sesaat tidaklah terlalu penting dibandingkan dengan trend-nya. Misalnya Anda punya warung sembako yang tahun 2011 lalu omset-nya Rp 50 juta, Angka ini tidak bisa untuk menjelaskan kinerja Anda apakah baik atau buruk. Angka ini baru berarti sesuatu bila misalnya dibandingkan dengan penjualan tahun sebelumnya. Bila tahun 2010 omset Anda Rp 25 juta, berarti kinerja Anda tahun 2011 meningkat luar biasa 100 %. Sebaliknya bila tahun 2010 omset Anda sudah Rp 100 juta, maka usaha Anda sedang mengalami sunset atau sedang tenggelam di tahun 2011. Maka demikian pulalah dalam melihat perkembangan harga emas.

Pada akhir tahun 2011 lalu harga emas perdagangan London ditutup pada angka US$ 1,531.00/Oz – ini tidak menjelaskan apa-apa bila tidak dilengkapi dengan pembanding dari angka-angka tahun sebelumnya. Dari data di Kitco.com misalnya Anda bisa tahu bahwa harga emas penutupan tahun sebelumnya (2010) adalah US$ 1,405.50, dan penutupan lima tahun sebelumnya (2007) adalah US$ 833.75. Jadi harga emas dunia akhir tahun 2011 sejatinya mengalami kenaikan sekitar 9 % dibanding tahun sebelumnya, dan naik sekitar 84 % dibandingkan lima tahun sebelumnya.

Dalam rupiah angka-angka ini berbeda karena faktor kurs. Akhir 2011 harga emas di pasar Indonesia sekitar Rp 500,000/gr, dibandingkan dengan akhir tahun 2010 sekitar Rp 400,000/gr dan akhir 2007 sekitar Rp 250,000/gr. Artinya di Indonesia harga emas telah mengalami kenaikan 25 % setahun terakhir dan 100 % dalam lima tahun terakhir !.

Apa makna angka-angka tersebut sesungguhnya ?, masyarakat harus melihat emas ini dalam perspektif jangka panjang. Pemerintah China nampak-nya melihat hal ini dengan baik sehingga bank sentralnya terus menambah persediaan emasnya disamping juga mereka mendorong dan mempermudah rakyatnya rame-rame membeli emas.

Tidak demikian halnya dengan negara-negara lain, dengan alasan-nya sendiri-sendiri dan sebagian juga karena ketidak tahuannya – negara-negara lain lebih condong mendorong rakyatnya mengakumulasi kekayaan dalam uang kertasnya – mereka justru kawatir bila rakyatnya terlalu banyak memegang emas maka mata uang kertas mereka akan jatuh.

Disinilah sebenarnya pentingnya peran pemerintah, bank sentral dan dunia per-bank-an untuk dapat melihat emas ini dari perpekstif jangka panjang dan dari perspektif kepentingan masyarakat/rakyat-nya untuk bisa bertahan - bila krisis mata uang seperti yang pernah kita alami tahun 1997/1998 berulang.

Sejak dua tahun lalu saya sebenarnya termasuk yang tidak setuju dengan akselerasi pembelian emas oleh masyarakat yang didanai dengan uang pinjaman atau gadai - bila tidak didukung oleh proses penciptaan nilai tambah. Namun bila kini direm mendadak sebenarnya juga tidak tepat, apalagi bila keputusan pengereman-nya dilandasi dengan persepsi jangka pendek bahwa seolah harga emas akan nyungsep.

Yang harus dilakukan oleh pemerintah, bank sentral dan dunia perbankan adalah meng-edukasi secara benar agar masyarakat tahu betul karakter dan funsgi emas ini. Mereka harus mementingkan kemampuan masyarakat dalam memutar ekonomi kemudian juga mampu mempertahankan kemakmurannya dengan baik – di atas kepentingannya untuk menjaga nila mata uang kertas yang costly dan toh terbukti terus mengalami penurunan daya beli - sekuat apapun mereka berusaha mempertahankannya.

Fungsi semacam ini juga yang diemban oleh Gerai Dinar dalam skala Mikro, melalui tulisan dan melalui briefing ke agen-agen baru kami selalu kami ingatkan bahwa membuat masyarakat paham jauh lebih penting ketimbang membuat masyarakat membeli. Agen tidak kami kenakan target penjualan karena memang bukan menjual emas atau Dinar ini target utama kami – tetapi membuat masyarakat paham.

Untuk membantu memahaminnya saya sajikan grafik harga emas dalam Rp/gr yang saya kumpulkan sejak hampir empat tahun dibawah. Harga rata-rata untuk mengetahui posisi jam 6-nya saya ambil dari rata-rata bergerak 50 harian atau bila di pasar disebut Daily Moving Average – 50 (DMA-50).

Trend Harga Emas 2007-2012

Maka dari grafik harga suatu waktu dan harga DMA-50 kurang lebih kita bisa memvisualisasikan sedang berada dimana bandul jam saat itu. Untuk Saat ini kurang lebih kita berada di sekitar jam 6 karena harga emas lagi berada di kisaran Rp 510,000/gram yang bersamaan dengan itu harga DMA-50 juga berada di kisaran harga ini.

Beberapa pekan terakhir ketika masyarakat investor emas dibuat panik dengan investasi emasnya karena didorong oleh (wacana perubahan) kebijakan di bank sentral dan dunia perbankan syariah – saat itu bandul harga emas memang lagi berada di arah jam 6-7 ( berayun kebawah). Waktu-waktu di mana garis biru berada dibawah garis ungu adalah waktu bandul jam berada antara pukul 6-7 atau sebaliknya, dan ketika garis biru di atas garis ungu adalah ketika bandul jam berada antara pukul 6-5 atau sebaliknya.

Sebagaimana ayunan bandul jam yang bergerak cepat dengan urutan 6-7-6-5-6-7-6-5 dst., maka posisi gerakan cepat ini sebenarnya tidak perlu membuat panik siapapun apalagi kalau sampai menjadi dasar suatu kebijakan.

Dasar suatu kebijakan harus didukung oleh perspektif jangka panjang. Dari grafik di atas misalnya, kita tahu bahwa dari waktu ke waktu memang harga emas terus berayun – tetapi long term trend-nya jelas masih naik.

Meskipun demikian, betapa masuk akalnya sekalipun trend harga emas jangka panjang seperti yang pernah juga saya buat prediksi matematisnya di tulisan sebelumnya- dimana berdasarkan formula trend polynomial harga emas akan mencapai kisaran di atas Rp 1,000,000/gram tahun 2015 (ketika anak Anda yang kelas 3 SMP sekarang sampai kelas 3 SMA !) – ini tetaplah prediksi, bisa benar dan bisa juga keliru.

Tidak ada yang bisa melihat masa depan dengan 100% kebenaran, oleh karena itulah masyarakat harus dibuat mengerti dahulu sebelum mereka membeli atau berinvestasi di emas ini – mereka harus bisa melihat full picture-nya, bukan antusiasme sesaat seperti ketika harga emas melonjak selama Agustus – September 2011 lalu, dan bukan pula harus menjual karena kepanikan sesaat seperti yang terjadi antara November - Desember 2011 lalu. Wa Allahu ‘Alam.

Kamis, 16 Februari 2012

Mengukur Akhlaq


Salah satu bentuk kebahagiaan yang sejati adalah ketika kita hanya menggantungkan segala urusan kepada Allah. Bagi orang yang  mengenal Allah dengan baik, dan ia tidak berharap banyak dari selain Allah, itulah salah satu kebahagiaan. Maka bagi kita yang selama ini masih sangat ingin dihargai, masih sangat ingin dihormati, masih sangat ingin dibedakan oleh orang lain, masih sangat ingin diberi ucapan terima kasih ketika melakukan sesuatu untuk orang lain, atau masih sangat ingin dipuji, maka sebenarnya makin tinggi kebutuhan kita akan penghargaan dari orang lain, itulah yang akan menyempitkan hidup kita.
Barang siapa yang berhasil lepas dari kebutuhan-kebutuhan semacam itu, dan kita sudah mulai bisa menikmati indahnya memberikan senyuman kepada orang lain bukannya diberi senyuman, atau merasakan nikmatnya bisa menyapa orang lain bukan menunggu disapa, nikmatnya menyalami dan bukan menunggu disalami, semakin kita tidak berharap orang berbuat sesuatu untuk kita, maka inilah fondasi kita dalam menikmati hidup ini. Kenyataan yang ada di masyarakat kita dengan terjadinya beraneka kemunkaran, kezhaliman dan kejahatan, itu disebabkan karena kita terlalu banyak berharap kepada makhluk dan tidak kepada Allah.
Saudara-saudaraku yang dimuliakan Allah, suatu ketika Rasulullah Saw. ditanya, "Ya Rasulullah, mengapa engkau diutus ke bumi?" Maka jawaban Rasulullah sangat singkat sekali, "Sesungguhnya aku diutus ke bumi hanyalah untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak." Menurut Imam Al Ghazali, “akhlak itu adalah respon spontan terhadap suatu kejadian. Misalnya ketika kita ditimpa sesuatu baik yang menyenangkan ataupun sebaliknya, respon terhadap kejadian itulah yang menjadi alat ukur akhlak kita. Kalau respon spontan kita itu yang keluar adalah kata-kata yang baik, mulia, berarti memang sudah dari dalamlah kemuliaan kita itu. Tanpa harus dipikir banyak, tanpa harus direkayasa, sudah muncul kemuliaan itu.
Sebaliknya kalau kita ditimpa sesuatu pada diri kita, misalnya sandal kita hilang, atau ada orang yang menyenggol, mendengar bunyi klakson yang nyaring lalu tiba-tiba sumpah serapah yang keluar dari mulut kita, maka respon spontan kita itulah yang akan menunjukkan bagaimana akhlak kita.
Maka jika bertemu dengan orang yang meminta sumbangan lalu kita berfikir keras diberi atau tidak. Kita berfikir, kalau dikasih seribu, malu karena nama kita ditulis, kalau diberi lima ribu nanti uang kita habis. Terus... berfikir keras hingga akhirnya kita pun memberinya akan tetapi niatnya sudah bukan lagi karena karena Allah. Padahal keinginan kita semula adalah untuk menolong. Kalau sudah demikian, sebetulnya bukan akhlak dermawan yang muncul.
Saudara-saudaraku sekalian, inilah yang menjadi masalah bagi peradaban kita. Kita mempunyai anak, dia memiliki gelar yang bagus, sekolahnya pun di tempat yang bergengsi, tetapi akhlaknya jelek, maka tidak ada artinya. Seorang pejabat yang bagus karirnya akan tetapi akhlaknya, ...masya Allah, sudah punya isteri tetapi ia dikenal berzina dengan perempuan lain, di kantor ia mengambil harta dengan cara tidak halal, maka jatuhlah ia.
Sekarang ini krisis terbesar kita adalah krisis akhlak. Oleh karena itu, saya sependapat dengan seorang pengusaha terkenal dari Jepang yang mengatakan bahwa jikalau seseorang ingin memimpin perusahaan dengan baik, maka sebetulnya skill atau keahlian itu cukup 10% saja, yang 90% adalah akhlak. Karena akhlak yang baik, orang yang cerdas pun mau bergabung denganya. Mereka merasa aman, merasa tersejahterakan lahir batinnya. Akibatnya, berkumpulah para ahli. Kemudian kepada mereka diberikan motivasi dengan akhlak yang baik maka jadilah sebuah prestasi yang besar. Oleh karena itu sebenarnya kesuksesan itu adalah milik orang yang berakhlak mulia.
Sekedar ilustrasi, suatu saat sedang terjadi dialog antara suami dan isteri. Sang isteri menginginkan anaknya menjadi bintang kelas, akan tetapi sang suami mengatakan bahwa bintang kelas itu bukan alat ukur kesuksesan. Menjadi bintang kelas itu tidak harus, tidak wajib. Yang wajib bagi anak itu adalah memiliki akhlak yang mulia. Apalah artinya ia menjadi bintang kelas apabila kemudian ia jadi terbelenggu oleh keinginan dipuji teman-temannya. Jadi dengki terhadap orang-orang yang pandai dikelasnya, atau menjadi takabbur karena kepandaiannya itu. Apa artinya bintang kelas seperti ini? Lebih baik lagi jika kita bangun mental anak kita lebih bagus. Kalaupun suatu saat ia ditakdirkan menjadi bintang kelas, maka itu adalah buah dari pemikirannya. Sementara itu ia pun sudah siap dengan mentalnya,  tidak dengki, tidak iri. Nilai akhlaq ini tentunya jadi lebih bagus daripada nilai menjadi bintang kelasnya tadi. Apalah artinya anak kita lulus jika kemudian menjadi jalan ujub dan takabbur. Lulus itu hanyalah nilai atau angka-angka.
Saudara-saudara sekalian, inilah yang sepatutnya menjadi bahan pemikiran kita. Kita berbicara seperti ini adalah untuk memikirkan diri kita sendiri. Apakah saya ini berakhlak baik atau tidak? Bagaimana cara melihatnya?Ya, lihat saja kalau kita mendapati masalah. Bagaimana respon spontan kita? Bagaimana struktur kata-kata kita, raut wajah kita? Apakah kita cukup temperamental? Apakah kata-kata kita keji? Itulah diri kita. Kesuksesan dan kegagalan itu bergantung pada hal semacam ini. Bergantung apa yang kita lakukan.
Demikian khutbah yang singkat ini mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua khususnya anak-anak kita, mudah-mudahan kita diberikan kesehatan dapat berjumpa kembali dengan Ramadlon penuh hikmah, amin

Arti Salam Dalam Shalat


Ma'asyirol Muslimin rahimakumullah ...
Pada kesempatan kali ini tak lupa saya wasiatkan kepada diri pribadi dan jama’ah semuanya, marilah kita tingkatkan kualitas iman dan taqwa kita, karena iman dan taqwa adalah sebaik-baik bekal dalam mengarungi kehidupan di dunia ini dan untuk menuju akhirat kelak.

Ma'asyirol Muslimin rahimakumullah ...
Satu-satunya ibadah yang diwajibkan secara berulang-ulang dalam setiap hari adalah sholat. Kewajiban sholat ini dibebankan terus menerus sampai meninggal dunia. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya sholat itu bagi umat manusia. Sehingga harus dikerjakan berulang-ulang dalam setiap hari seumur hidup kita.

Diawal sholat setelah takbirotul ihrom Yang berarti kita mengakui bahwa hanya Allah lah yang Maha Besar, kemudian kita membaca do'a iftitah, (Wajjahtu Wajhiya Lilladzi fathoros samawati wal Ardli) aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi, Raja Maha Raja Diraja, Penguasa Dunia dan Akhirat. (Hanifam Muslim) aku tunduk patuh padamu ya Allah, aku pasrah padamu ya Allah, apapun yang Engkau perintahkan aku laksanakan dan apapun yang Engkau larang aku tinggalkan. (wa Ma ana minal Musyrikin)  dan saya  tidak menyekutukanMu.

Diakhir sholat kita mengucapkan salam dengan menoleh ke kanan dan ke kiri yang berarti menebarkan keselamatan di sekeliling kita.  Salam tersebut  untuk membuktikan tunduk patuh dan pasrah kita kepada Allah. Inilah inti dari salam itu. Wahai tetanggaku engkau adalah saudaraku, engkau selamat dari ucapanku, hartamu selamat dari tanganku, tak kan kusakiti badanmu, tak kan ku lukai hatimu, mana mungkin aku menyakitimu, engkau adalah saudaraku sendiri. Jika engkau sakit maka aku pun juga merasakan sakit, jika bahagia maka aku pun juga merasakan kebahagiaan itu. Aku tidak sakit hati padamu karena engkau adalah saudaraku sendiri. Bukankah Rasulullah telah bersabda,"Seorang muslim dengan muslim lainnya bagaikan satu tubuh".

Dalam al Qur’an disebutkan bahwa kalau kita membicarakan keburukan orang ketika orang itu tidak ada di depan kita, maka itu bagaikan kita memakan bangkainya. Diistilahkan sebagai bangkai, karena orang bersangkutan tidak hadir bersama kita, sehingga dia tidak bisa membela diri. Dia tidak bisa membantah bagaikan bangkai. Keras sekali, perumpamaan yang dikemukakan Allah ini. Semua itu adalah peringatan kepada kita agar selalu menumbuhkan pikiran yang baik  kepada orang lain.

Memang, tidak ada orang yang 100 % baik tanpa cacat sama sekali, demikian juga tidak ada orang yang 100 % buruk tanpa kebaikan sama sekali. Kita harus adil sebagaimana Allah adil kepada kita. Kita harus melakukan ihsan, sebagaiman Allah telah melakukan ihsan kepada kita.

Sidang jum’ah yang terhormat
Marilah kita merenung sejenak, apakah selama ini kita sudah dapat mewujudkan salam kita tersebut, padahal kita selalu megucapkannya di setiap akhir sholat. Atau belum ada getaran sama sekali dari salam kita, sehingga sholat jalan terus akan tetapi mulut dan tangan kita juga tiada henti menyakiti orang lain. Di sinilah pentingnya pengendalian diri, untuk mendukung  salam tersebut  maka Allah mewajibkan puasa. Terhadap yang halal pun tetap harus dikendalikan, apalagi terhadap yang haram. Agar kita benar-benar dapat mewujudkan salam tersebut.

Takutlah pada hari penghitungan amal kita. Kita sudah bangga dengan sholat dan puasa kita, akan tetapi saat ditimbang ternyata semuanya tidak ada hitungannya. Kita pun menayakan hal tersebut pada Allah, ya Allah mana bagian dari sholat dan puasaku ?. Kemudian Allah menjawab," Wahai hambaku benar engkau telah sholat dan sujud padaku, akan tetapi engkau tidak dapat membuktikannya padaku, engkau tidak dapat menebarkan keselamatan itu, sholatmu palsu, sujudmu palsu, aku tidak mau menerimanya, kalau engkau menanyakan bagian dari sholatmu maka terimalah bagianmu ini (Fawailul lil Mushollin, alladzinahum an sholatihim sahun). Neraka wail lah bagian untuk orang  yang sholat akan tetapi lalai dalam sholatnya.

Kemudian kita menanyakan bagian dari puasa kita. Lalu Allah menjawab," Wahai hambaku, dengan sholat yang engkau laksanakan 5 kali setiap hari selama hidupmu, hatimu tidak tergetar untuk menebarkan keselamatan, apalagi dengan puasa yang hanya satu bulan, hati, mulut dan tanganmu belum terkendalikan, maka terimalah bagian dari puasamu (Kam min Shoimin laisa lahu Min shiyamihi, Illah Ju' wal 'Thsyi) Banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga.

Jangan lupakan juga berbuat kebaikan meskipun sekedar menyingkirkan duri di tengah jalan. Saat kita membungkukkan badan untuk menyingkirkan duri tersebut, kelihatannya memang sederhana, akan tetapi dibalik itu ada hal yang sangat mendalam, yaitu kita mempunyai perhatian kepada sesama manusia. Kita tidak ingin ada orang lain celaka, Janganlah meremehkan suatu kebaikan, walaupun dianggap sangat kecil, bahkan sekalipun sekedar tersenyum pada waktu bertemu seorang teman,

Rosulullah bersabda dengan keras sekali,” Suatu saat Beliau berteriak: Demi Allah dia tidak beriman, Demi Allah dia tidak beriman, Demi Allah dia tidak beriman.” (Para Sahabat heran dan bertanya pada Nabi, Siapa dia wahai Nabi ?, Nabi menjawab,” Yaitu orang yang tetangganya tidak terlindung dari keburukannya.

Sidang Jum’ah yang duimuliakan Allah…
Marilah kita wujudkan ucapan salam  kita dengan berbagai amal sholeh, salah satunya yang sebentar lagi kita laksanakan adalah ibadah puasa Tarwiyah dan Arofah, dan berkurban. Pada hari itu seluruh masyarakat kita harus selamat dari rasa lapar, karena mendapatkan daging kurban. Rasulullah SAW bersabda yang artinya," Tidak beriman seseorang jika sampai membiarkan kucing tetangganya mati kelaparan".  Keras dan tegas sekali hadis Rasulullah ini. Marilah bagi diantara kita yang mampu, berkelebihan rizki, kita laksanakan ibadah kurban ini sebagai bukti salam kita kepada Allah.

Sidang Jum’ah yang duimuliakan Allah… marilah kita tundukkan kepala, kita mohon kepada Allah dengan perasaan hati yang paling dalam, jujur, tulus kepada Allah.
Ya Allah hari ini kami sadar, ijinkan kami untuk menghadapmu disetiap sholat kami. Kami tunduk patuh padamu ya Allah. Apa pun yang Engkau perintahkan kami laksanakan, apa pun yang Engkau larang kami tinggalkan ya Allah. Kami pasrah padamu ya Allah. Hidup ini adalah milikmu, dan suatu saat  Engkau pasti mengambilnya kembali. Jika Engkau ingin mengambilnya maka ambillah ya Allah.  Aku pasrah padamu. Ambillah ajalku  saat aku sujud padamu ya Allah, saat  kami sholat dengan khusu'. Sungguh sholat itu terasa berat kecuali bagi orang-orang yang khusu' (Wa Innaha Lakabirotun Illah alal  Khosyi'in) . kami rindu bertemu denganmu ya Allah dalam sholat kami, lindungilah kami dari godaan setan yang Engkau kutuk, agar kami dapat melaksanakan sholat dengan khusu' dan tuma'ninah. Terimalah kami ya Allah yang datang menghadapmu dengan membawa dosa-dosa kami. Terima lah ya Allah. Amiin